Ini esai hasil kerja ku saat SMP untuk lomba.. tidak perlu kalah menang , yang penting aku udah ngalamin yang namanya nulis esai ! :)
Tema : Menatap Hari Esok yang Lebih Ceria
"Hidup Ini Mengalir Layaknya Air..."
Hidup...adalah sesuatu yang harus aku jalani di dunia ini. Kadang hidup itu sedih, kadang juga menyenangkan. Tapi, aku sebagai manusia harus tahu bahwa hidup ini mengalir bagai air. Jadi, walau hidupku penuh dengan duka, hadapi aja..ingat pepatah Inggris yang berkata, “Enjoy Your Life”, nikmati saja hidupmu...! Kalau air itu menjadi tersumbat dan banjir, itu karena aku mendapat rintangan atau cobaan, dan laksana air juga berusaha mengatasi dengan tetap mengalir kebawah. Aku selalu ingat pada pepatah itu.
Selama 12 tahun lamanya aku hidup di dunia yang fana ini, aku selalu berharap hari esok lebih baik dari hari ini, dan esok lusa lebih baik lagi dibanding hari esok. Hari ini, aku malas belajar, tapi hari esok aku harus giat belajar, esok lusa aku harus meningkatkan ketekunan belajarnya.
Kalau orang sekitarku tanya apa cita-citaku, terutama guruku, kukatakan cita-citaku ingin jadi dokter, terutama dokter kandungan yang terkenal. Soalnya, zaman sekarang banyak dokter kandungan laki. Apalagi, orang tuaku nggak ada yang jadi dokter.
Orang tuaku sama-sama menjadi insinyur teknik. Namun, mereka tidak terbayang sebelumnya dengan pekerjaan yang sekarang. Walaupun begitu, orang tuaku bisa kujadikan teladan dalam hidup. Mereka selalu optimis dengan apa yang akan terjadi. Dan dengan keoptimisannya itu, mereka bisa meraih apa yang diimpikan mereka. Kalau gagal, yah...tidak apa-apa. Aku yakin, semua orang di dunia ini, pasti pernah meraih kegagalan. Gagal meraih juara , gagal masuk sekolah yang diimpikan, dan aneka kegagalan yang lain.
Aku selalu berpikir bisa dan tidak gagal untuk meraih yang aku rencanakan, begitu pula untuk meraih cita-citaku. Yah...walaupun nilai belajarku pas-pasan, aku yakin, pasti bisa..! Aku jadi ingat kata mutiara Inggris yang mengatakan bahwa “We can do it if we think we can” , yang artinya, kita bisa melakukan sesuatu jika kita berpikir kita bisa. Tetapi, ternyata semua kata mutiara yang ada tidak bisa berdiri sendiri. Jadi, jangan hanya berpikir dan membayangkan yang kita inginkan saja, tapi kita juga harus berusaha dan mengoptimalkannya. Ada juga pepatah yang berbunyi, “Time Is Money”, waktu adalah uang. Aku jadi berpikir untuk menggunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya dan tidak menyia-nyiakannya. Apalagi, aku lihat orang-orang cerdas disekitarku memang tidak mau dan tidak suka menganggur, maksudnya hanya berdiam diri tidak melakukan sesuatu. Paling tidak mereka bertanya padaku, ‘Apa yang dapat kubantu?’.
Meskipun hidup itu mengalir, banyak orang bekerja atau lulus perguruan tinggi di bidang yang belum terbayangkan sebelumnya, apalagi menjadi sesuai cita-cita. Tapi, semua ini kan diatur oleh Allah. Misalnya, si A dari dulu ingin jadi dokter. Nah, saat mau kuliah, dia mengikuti tes kuliah kedokteran , tapi tidak diterima. Dia sediiiih banget, soalnya dia tidak menyangka akan seperti ini. Tapi, dia tidak terlarut-larut dalam kesedihan. Dia mencoba tes menjadi arsitek, dan akhirnya diterima di ITB. Sampai sekarang, dia menjadi arsitek terbaik internasional. Nah, dari contoh kehidupan tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Kalau misalkan kita gagal dan gagal meraih apa yang kita impikan, kita pasti bisa meraih kesuksesan di bidang lain yang sama sekali tidak terpikirkan oleh kita. Wah, kalau begitu berarti kita tak perlu punya cita-cita. Tidak! Kita memang perlu punya cita-cita tetapi hanya untuk memotivasi semangat belajar kita, dan berpikir optimis dengan cita-cita itu. Tapi, tidak untuk ditonjol-tonjolkan.
Tapi, kadang kita merasa terdiskriminasi oleh orang lain. Mereka lebih mementingkan orang-orang yang cerdas, baik, anaknya pemimpin, dan lain-lain daripada orang biasa seperti kita. Namun, kita harus berusaha untuk tegar menghadapinya. Karena aku yakin, kita pasti punya kesempatan untuk meraih keberhasilan walau sempit. Nah, faktor seperti ini memang sering terjadi. Ya, mungkin ini memang pengaruh setan. Justru, kita tidak boleh bersedih. Kita harus lebih semangat untuk meraih keberhasilan dan menunjukkan kepada siapa saja yang telah menjauhi kita, bahwa semua orang di dunia ini sama. Ada juga, orang sukses dari kalangan warga yang terpencil dan tidak dihiraukan. Namun, jangan lupa juga untuk berdoa kepada Allah agar semoga dikabulkan.
Aku masih ingat kisah hidupnya Louis Braille. Matanya menjadi buta karena terkena pisau kala umurnya tiga tahun. Namun, ia tetap semangat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang lain layaknya orang normal. Malahan, ia berhasil menciptakan huruf Braille untuk orang buta yang sampai sekarang masih dipakai di seluruh dunia. Ia memang punya cita-cita dan optimis. Namun, ia juga bisa menerima jika ia jadi guru di sebuah sekolah. Ia meninggal saat berumur 43 tahun karena sakit keras. Walaupun ia meninggal, tapi karyanya terus mengalir dari masa ke masa layaknya air yang mengalir.
Ada juga kisah hidupnya Alexander Graham Bell. Ia juga tak pernah menyerah untuk menciptakan sebuah alat komunikasi yang cepat walau berkali-kali gagal. Beliaulah yang menciptakan telepon pertama kali dan mengembangkannya menjadi seperti yang kita miliki saat ini. Beliau meninggal saat umur 73 tahun.
Eh, ada juga kisah dari orang Indonesia yang patut kita contoh. Namanya Wahyu Ajeng Suminar. Baru-baru ini, beritanya ada di surat kabar. Ia pantang menyerah walau terbujur lemah di rumah sakit karena penyakitnya yang belum ada obatnya. Beliau malah ingin menyelesaikan bukunya yang berjudul “Inspirasi Matahari” itu. Aku yakin, ia punya cita-cita yang menyeleweng dari penulis. Namun, ia tidak menyangka akan menulis buku. Karena memang kegiatan itulah yang bisa menemaninya. Ya, kembali pada prinsip yaitu hidup yang mengalir bagaikan air.
Hmmm...Aku jadi teringat sama kehidupan yang terjadi di negaraku. Ku pikir negara ini memang harus memiliki prinsip bahwa hidup ini mengalir bagai air. Karena negara ini sudah menyimpang jauh dari Pancasila.Yah...aku tahu masih banyak yang mengikuti prinsip ini tapi kita semua harus bersatu agar air yang mengalir semakin cepat arusnya dan menerjang semua halangan yang ada. Pemberitaan media apa saja, menyinggung negaraku seolah bagai negara yang pernah melakukan dosa besar sehingga menjadi sasaran musibah atau iri negara lain sebagai musuh. Pikiranku melayang, apa dosa itu adalah; negara dengan hutang berjimbun, tak ada aturan hak cipta, penegakan hukum dengan hasil yang menertawakan, atau hutan dibabat, korupsi mengakar yang dilakukan dari lapisan bawah sampai atas. Apalagi, mungkinkah hanya yang negatif-negatif saja yang ada di negeri ini? Padahal, semua negara pasti punya kegiatan positif yang patut dicontoh. Selain itu, aku bukan anak bangsa yang optimis jika pikiranku berkata, ‘Apa yang tersisa untuk kami?”. Aku harus bisa melakukan tujuan hidupku untuk menumbuhkan rasa percaya diri, dan menatap masa depan yang lebih cerah. Bagaimana caranya? Ya itu, seperti air yang mengalir. Tetapi mohon jangan racuni jiwa ini dengan pengaruh lingkungan yang memaksa aku harus korupsi dan melakukan tindakan buruk lainnya, pasti aku tolak dengan tegas. Biarlah generasi diatas kami yang melakukan. Pada akhirnya mereka menikmati masa tua dengan dunianya sendiri dan dipanggil untuk mempertanggung jawabkan kepada Yang Kuasa, bila tak tersentuh hukum. Generasi berikutnya menjadi seperti yang diidamkan ibu pertiwi, sehingga tidak lagi bersenandung dengan merintih dan berdo’a.
Berdasarkan pikiranku dan Bapak, aku punya lima sebab mengapa semakin banyak orang yang berakhlaq kurang baik seperti ini. Karena yang pertama, sekolah zaman sekarang tidak mengajarkan cara beretika dan sopan santun. Padahal dulu saat zaman bapakku sekolah, pelajaran budi pekerti diberikan dari sekolah dasar sampai SMP. Yang kedua, orang yang bertanggung jawab terhadap orang lain malah acuh tak acuh terhadap orang yang menjadi tanggungan tersebut, misal orang tua terhadap anaknya, kakak terhadap adik, dan guru terhadap murid. Kemudian yang ketiga, lingkungan yang ada tidak mendukung. Misal, sahabat adalah orang yang mengingatkan kita kalau punya salah. Tapi, orang yang seperti itu jarang ada di sini, malahan mereka diam saja. Padahal, kita kan punya tanggung jawab untuk melakukan itu. Tanggung jawab adalah kewajiban yang menurutku mutlak untuk dilakukan. Karena, sangat berpengaruh terhadap lingkungan juga. Yang keempat, pendidikan hanya milik orang yang ber-uang. Padahal, pendidikan sudah menjadi bagian penting untuk zaman modern saat ini. Nah, dari awal sudah seperti itu, apalagi bila pemilihan jadi pemimpin nanti. Wah, bisa-bisa kesempatan hanya ada di tangan orang yang kurang pintar tapi kaya (saya tidak bermaksud menyinggung perasaan). Yang kelima, pemerintah kurang mempedulikan hal-hal seperti itu. Pemerintah tidak menyadari akan pentingnya pelajaran budi pekerti itu. Ya, aku hanya bisa optimis dengan apa yang terjadi. Aku hanya bisa optimis dengan keputusan yang ada di para pemimpin-pemimpin itu sesuai dengan kalimat “hidup ini mengalir bagai air”.
Jadi, kita semua harus tahu bahwa hidup ini mengalir bagai air. Namun, kita juga tak boleh pasrah dengan apa yang terjadi. Kita juga harus punya cita-cita untuk memotivasi diri kita, bukan ditonjol-tonjolkan. Kalau kita punya kegagalan yang berhubungan dengan cita-cita kita, jangan menyerah karena kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Tapi, kalau memang sudah merasa berusaha dengan ‘penuh banget’ atau maksimal kita lakukan dan Allah menunjukkan jalan lain yang lebih baik, berarti kita harus menuruti-Nya.
Detia Kartika - 2007
2 comments:
Misi mampir bntar,,
Menarik jga tulisanmu..
Ok,, udah t' follow det..
Skalian follow.en yang d facebook ya.. :D
Post a Comment